Sejarah


Sejarah Desa

Berdasarkan cerita yang berkembang di kalangan warga Desa Jati, nama Jati diambil berdasarkan sejarah dimana di wilayah ini tepatnya di Dusun Jati RT 004 / RW 003 Desa Jati terdapat pohon Jati yang sangat besar dan mengundang perhatian masyarakat .

Sejak dulu pohon jati tersebut sudah ada dan sampai sekarang pohon Jati tersebut masih tumbuh walaupun pohon induknya sudah mati tetapi masih berdiri tegak dan yang masih tumbuh adalah tunasnya.

Berdasarkan kenyataan itulah warga masyarakat menamakan Desa Jati dan sebagai monumennya adalah pohon Jati. Berdasarkan letak geografisnya, Desa Jati terbagi atas dua wilayah yang meliputi :

1. Wilayah Dusun Jati

2. Wilayah Dusun Dluwak

Pada mulanya masing masing wilayah dipimpin oleh seorang pemimpin ( Lurah ) yang kemudian kira-kira tahun 1900 kedua wilayah disatukan ke dalam satu wilayah oleh seorang tokoh yang bernama MERTOWIJOYO dan kemudian dipilih menjadi Lurah ( Sekarang Kepala Desa ) dari dua wilayah dengan nama wilayah Desa Jati.

Untuk menghormati keberadaan kedua wilayah Jati dan wilayah Dluwak sebagai catatan sejarah , kedua wilayah awal yang kemudian disatukan tersebut saat ini diabadikan menjadi Dusun yaitu dusun Jati dan Dusun Dluwak. Meskipun nama tersebut ada dua nama wilayah, namun yang digunakan adalah wilayah Jati karena ada pohon Jati yang kokoh sebagai monument abadi dan bukti sejarah keberadaan Desa Jati. Khusus Dusun Dluwak terdapat cerita yang berkembang di masyarakat bahwa kira-kira pada tahun 1947 nama Dluwak diganti dengan nama Dusun Sidomulyo yang menurut cerita pada waktu itu nama Dluwak kurang baik, itu dibuktikan dengan adanya setiap pergantian pimpinan yang menjabat pada waktu itu selalu ada rakyat yang meninggal dengan cara tidak wajar ( mati kabangan red. ).

Disamping itu nama Dluwak ada yang berpendapat bahwa rakyatnya sering kedluwek-dluwek ( istilah jawa ) yang artinya kurang lebih hidupnya tidak tenteram dengan dibuktikan sering rakyat yang meninggal dengan tidak wajar,yang kemudian pendapat tersebutdiangkat dalam kesepakatan warga yang kemudian nama Dluwak diganti dengan nama SIDOMULYO.

Namun tahun berganti tahun nama nama SIDOMULYO kurang populer di kalangan masyarakat sendiri yang kembali ke nama sebelumnya yaitu nama Dluwak dan nama tersebut digunakan sampai sekarang sebagai Dusun Dluwak. Kira-kira pada tahun 1947 di era kepemimpinan Haji MAS’UT MASHUD dengan adanya proses pemerintahan yang belum stabil karena pada masa perjuangan kemerdekaan, dengan adanya proses rekoba, H Mas’ut Mashud yang pada waktu itu menjabat sebagai lurah yang diangkat oleh pemerintah RI pergi mengungsi, dan pada waktu itu terjadi kekosongan pemerintahan, maka pihak Belanda mengangkat pemimpin yang loyal kepada pemerintah Belanda yang bernama HARJO KARIMAN yang proses pengangkatannya tidak diketahui oleh masyarakat dan ia menjabat selama 2 (dua) tahun, dan setelah Belanda kalah Haji MAS’UT MASHUD kembali dari pengungsiannya dan memimpin kembali Desa Jati. Dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Plantungan, Desa Jati memiliki luas wilayah yang cenderung kurang luas, berdasarkan cerita yang berkembang dan ditularkan dari waktu ke waktu hal ini dikarenakan pada jaman dahulu terdapat kelemahan warga masyarakat Desa Jati yang kuang giat dalam memasang batas wilayah/memasang patok sampai ke tanah Desa Jati. Karena kurang giat dan kurang beraninya warga Desa Jati memasang batas wilayah itulah akhirnya mendapatkan wilayah yang kurang luas.

Dengan wilayah yang kurang luas, namun wilayah Desa Jati cukup makmur yang dilandasi hasil pertanian padi sawah dan polowijo dengan hasil yang cukup baik, hasil pertanian Desa Jati masih bisa dilihat pada saat ini dimana masyarakat menjadikan penanam padi dan polowijo sebagai salah satu produk unggulan hasil pertanian wilayah Desa Jati meskipun masih ada tanaman lain jenis sayuran dan buah-buahan. Seiring pergantian waktu telah terjadi pergantian pimpinan di Desa Jati dengan catatan sebagai berikut :

1. PENATUS s/d tahun 1900

2. MERTOWIJOYO Tahun +1900 s/d Tahun 1916

3. DAWUD MERTODIWIRYO Tahun 1916 s/d 1928

4. H. ABDUL CHALIM    Tahun 1928 s/d Tahun 1945

5. H. MAS'UT MASHUD Tahun 1945 s/d Tahun 1969

6. MASTUR Tahun 1069 s/d Tahun 1989

7. MASDUKI Tahun 1989 s/d Tahun 1990 (Pj Kepala Desa)

8. ROCHADI Tahun 1990 s/d Tahun 1998 (Periode I)

9. ZAENI Tahun 1998 s/d Tahun 2000 (Pj Kepala Desa)

10. ROCHADI Tahun 2000 s/d Tahun 2008 (Periode II)

11. MOKHLAS Tahun 2008 s/d Tahun 2015 (Periode I)

12. EKO SUPRIYONO. S.AP Tahun 2015 s.d Tahun 2016 (Dari Pegawai Kecamatan)

13. MOKHLAS Tahun 2016 s/d Tahun 2022 (Periode II)

Sejarah Desa ini disusun berdasarkan informasi dan keterangan para pendahulu semasa hidupnya.

Demikian terima kasih.